NASIONAL

Kusno di-Rebranding jadi Soekarno, PSI Logonya jadi Gajah

38
×

Kusno di-Rebranding jadi Soekarno, PSI Logonya jadi Gajah

Sebarkan artikel ini

http://Rajawali Times tv.com Jakarta, Selasa 15 Juli 2025  Rebranding bukanlah hal yang baru. Dulu sewaktu masih kecil namanya Kusno, lengkapnya Kusno Sosrodihardjo, namun ia sering sakit-sakitan hingga orang tuanya me-rebranding-nya jadi Soekarno. Kemudian ia jadi proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia.

Dalam tradisi masyarakat Jawa pergantian nama ini merupakan merupakan hal yang biasa saja. Nama Soekarno sendiri terinspirasi dari tokoh dalam dunia pewayangan, yaitu Karna, yang diucapkan menjadi Karno dengan tambahan awalan “su” yang bermakna baik.

Rebranding dilakukan juga oleh Partai Solidaritas Indonesia, dalam hal ini identitas logonya. Dari grafis bunga mawar denga tangkai yang digenggam tangan jadi grafis gajah yang dinamis. Ya seperti juga Partai Republik di Amerika Serikat, atau Action Peoples Party (APP) di Nigeria, atau Bahujan Samaj Party di India, serta beberapa partai lainnya di dunia, simbolisasi gajah rupanya menarik.

Menurut Joko Widodo, rebranding adalah hal wajar untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. “Sebuah brand perlu terus diperbarui, disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan permintaan pasar. Saya lihat logo baru PSI keren.”

Logo PSI yang baru berupa grafis gajah dengan warna merah-hitam-putih katanya berfilosofi begini, gajah mencerminkan kekuatan, kebijaksanaan, keberuntungan, kesetiaan kebersamaan (solidaritas). Sementara warna merah adalah lambang keberanian, hitam berarti keabadian dan putih adalah kesucian.

Sekedar mengingatkan, putih dan hitam adalah warna pakaian yang kerap dikenakan Joko Widodo dalam kesehariannya. Sederhana, sabar, pekerja keras dan tulus dan taktis sekaligus strategis dalam pemikiran serta perilakunya. Karakter yang melekat pada diri Jokowi.

Hal menarik untuk dicermati adalah tulisan “PSI Partai Super Tbk” pada desain logo baru itu. Logo baru PSI itu menampilkan gambar gajah berwarna merah dan hitam dengan latar putih. Kepala gajah berwarna merah (keberanian) dengan belalai terangkat ke atas, sementara badan gajah berwarna hitam (keabadian) yang menopang kepala itu, semua dilandasi ketulusan dan kesucian (putih). Logo ini disertai tulisan “PSI Partai Super Tbk”.

Tulisan ini seakan pernyataan (deklarasi) perang terhadap kejumudan praktek partai politik yang tak ubahnya sebuah Kerajaan (monarki) atau paling tidak suatu konspiras elit tertentu untuk menguasai jagad perpolitikan nasional. Ini kenyataan atau realitas politik kita.

Cara melawannya yaitu dengan menyerahkan kembali hak suara pemilihan Ketua Umum partai kepada masing-masing anggotanya. One man one vote, satu orang satu suara. Mekanismenya pun lewat e-vote, tidak bisa beli suara atau manipulasi suara.

Ini seolah mau mengembalikan kesucian adagium “Vox Populi Vox Dei” (suara rakyat suara Tuhan). Bukan rekayasa para elit atau yang dikenal dengan istilah Oligarki Partai Politik.

“Oligarch”, dulu di Russia atau lebih tepatnya bekas Uni Soviet “…one of a class of individuals who through private acquisition of state assets amassed great wealth that is stored especially in foreign accounts and properties and who typically maintain close links to the highest government circles.”

Sekarang maknanya berarti partai yang dikuasai segelintir elit super kaya dan karenanya punya akses sosial-politik-ekonomi yang luas dan khusus (privilege) untuk diolah sedemikian rupa demi kepentingan dirinya atau kelompoknya.

PSI yang mendklarasinya dirinya sebagai Partai Super Tbk juga mesti merevisi cara pemilihan Ketua Umumnya dengan mekanisme Pemilihan Raya.

Setelah melalui proses seleksi yang berupa dukungan sejumlah DPW dan DPD untuk setiap kandidat, PSI berhasil meloloskan tiga kandidat, Ronald A Sinaga (Bro Ron), Kaesang Pangarep, dan Agus Mulyono Herlambang. Ketiganya kemudian bakal dipilih langsung oleh para anggota partai yang sudah diverifikasi untuk ikut dalam “e-vote”.

Telah terdaftar ada 187.306 anggota yang terverifikasi status keanggotaannnya dan bisa ikut pemilihan raya dengan mekanisme e-vote dan “one man one vote”. Perlu dicatat bahwa ini adalah keanggotaan partai politik yang terverifikasi, bukan sekedar klaim sepihak.

Mengenai mekanisme seperti ini, Joko Widodo menilai bahwa langkah PSI mengadopsi sistem e-voting sebagai mekanisme pemilihan ketua umum adalah terobosan signifikan dalam dunia politik Indonesia.

Sebelumnya ia telah menekankan pentingnya partai terbuka yang memberi ruang partisipasi penuh bagi setiap anggotanya untuk menentukan arah partai.

Kata Joko Widodo, “Yang paling penting, ada pemilu raya, pemilihan ketua, dan dilaksanakan dengan e-voting. Satu anggota, satu suara. Itu sebuah hal yang sangat baik.”

Perubahan logo disertai slogan “PSI Partai Super Tbk” adalah upaya PSI untuk tampil segar sebagai partai modern yang dekat dengan rakyat dan menjawab tuntutan transparansi dalam sistem kepartaian Indonesia.

Ya transparansi, komoditas langka dalam praktek politik di Indonesia akhir-akhir ini. PSI kembali membawa angin segar perubahan. ” Ungkap Andre Vincent Wenas*,MM,MBA., Pemerhati Ekonomi dan Politik, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.

Redaksi Piter Siagian AMd

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *