http://Rajawali Times tv.com Kabupaten Bekasi — Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Arjuna Bakti Negara, Zuli Zulkipli, S.H., menyoroti persoalan serius terkait tingginya angka Anak Tidak Sekolah (ATS) di Kabupaten Bekasi. Dalam wawancara langsung dengan awak media, Zuli Zulkipli, S.H menyebut kondisi ini sebagai “cermin buram” dari ketimpangan akses pendidikan yang masih terjadi di daerah industri terbesar di Jawa Barat tersebut
“Pendidikan adalah hak dasar setiap anak. Ketika puluhan ribu anak di Kabupaten Bekasi tidak bersekolah, itu artinya kita sedang gagal menjamin masa depan mereka,” ujar Zuli Zulkipli, S.H kepada wartawan pada Kamis (6/11/2025).
Berdasarkan data Verval ATS Pusdatin Kemendikdasmen tahun 2025, tercatat 37.718 anak di Kabupaten Bekasi masuk dalam kategori ATS. Dari jumlah itu, 18.734 anak belum pernah mengenyam pendidikan formal, 10.076 anak putus sekolah di tengah jalan, dan 8.908 anak berhenti setelah lulus tanpa melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Zuli Zulkipli, S.H menyebut angka tersebut harus menjadi alarm bagi seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah daerah maupun lembaga pendidikan. “Jangan sampai kita hanya sibuk dengan pembangunan fisik, tapi lupa bahwa ada puluhan ribu anak yang kehilangan hak belajarnya,” ujarnya menegaskan.
Lebih lanjut, Zuli Zulkipli, S.H mengungkapkan bahwa Kabupaten Bekasi kini termasuk dalam 10 besar daerah dengan jumlah ATS tertinggi di Jawa Barat. Ia mendorong agar pemerintah daerah segera melakukan intervensi nyata, seperti memperkuat program wajib belajar, mempermudah akses pendidikan di wilayah pelosok, serta menambah fasilitas sekolah di kawasan padat penduduk.
“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Perlu sinergi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat agar anak-anak ini bisa kembali ke bangku pendidikan,” tegasnya.
Menurut Zuli Zulkipli, S.H, peran masyarakat sipil, lembaga nonpemerintah, hingga dunia usaha juga harus digerakkan untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal dari pendidikan dasar.
“Kalau 37 ribu anak tidak sekolah, itu bukan sekadar angka. Itu masa depan Kabupaten Bekasi yang sedang terancam,” tutup Zuli Zulkipli, S.H dengan nada prihatin.
Penulis: Haris Pranatha












